Antara Dokter dan Sales Obat

Ilustrasi

Judul yang kontras dalam bidang kesehatan, namun membuat sebuah pertanyaan bagi para pembaca.....


Mungkin anda akan bertanya, yang dibahas sebenarnya apa ya???
Sejak 2 tahun ini, saya di bingungkan oleh profesi seorang dokter. Menurut pengalaman dan banyak orang, fungsi atau tugas seorang dokter adalah :
  1. Memberikan pelayanan medis sesuai SOP kedokteran
  2. Merujuk pasien ke dokter/rumah sakit/perawatan yang lebih spesifik dalam penanganan penyakit pasien tersebut, jika sang dokter dirasa kurang dalam hal wewenang serta fasilitas
  3. Menjaga kerahasiaan tentang riwayat penyakit pasien dari orang lain, walaupun pasien tersebut telah meninggal dunia
  4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan
  5. Diskusi masalah penyakit pasien secara terbuka dan bertanggung jawab
  6. Memberi informasi lengkap tentang penyakit pasien
  7. Menangani penyakit pasien sebaik mungkin dan bertanggung jawab terhadap penanganan yang digunakan


Ya, ini pengalaman pribadi saya dan hasil dari cari-cari info kesana-sini.


Hal diatas sangat umum dan memang benar adanya. Dari cerita-cerita para rekan saya yang berkewarganegaraan selain dari Indonesia, di negaranya para dokter menangani pasien layaknya seorang psikolog dan berusaha meminimalisir penggunaan obat-obatan. ketika memeriksakan diri ke dokter, mereka lebih sering disuruh mencurahkan gejala-gejala yang dirasa, ditanya pola hidup serta makannya, diminta mencurahkan isi hati maupun pikirannya yang membuat penyakit tersebut semakin parah. Setelah itu, para dokter tersebut lebih sering memberi saran tentang pola makan dan pola hidup sesuai penyakit yang diderita, setelah itu barulah akan diberi vitamin ataupun antibiotik secukupnya jika dirasa perlu. Namun para dokter tersebut berusaha meminimalisir penggunaan obat-obatan kepada para pasien, karena bahan kimianya memiliki dampak negatif untuk jangka panjangnya.

Senang sekali saya mendengar cerita-cerita tersebut, kenapa???
Karena, di Indonesia masih jarang sekali dan dapat di hitung jumlah dokter yang prosedur kerjanya seperti itu......

Dari pengalaman saya keluar-masuk pintu praktek dokter (untuk pemeriksaan pribadi maupun mengantar keluarga) saya belum pernah mendapatkan penanganan dokter sesuai SOP yang sebenarnya seperti cerita rekan-rekan bule saya. Justru, saya dan beberapa orang melahirkan statement bahwa mayoritas dokter di Indonesia multiwork system dengan profesi sales obat.

Why you tell about multiwork system???
Ya......
cobalah kita flashback ketika kita periksa kedokter, jarang sekali dokter yang cerewet untuk menjelaskan detail penyakit yang kita derita dan menanyakan pola hidup serta makan kita. Kita akan diberi tahu tentang penyakit yang kita derita saja, jika kita yang bertanya dahulu. Dokter di Indonesia mayoritas mahal kata dan solusi, mereka memeriksa lalu memberikan kertas yang berisi resep untuk ditukarkan di penukaran obat di tempat prakteknya.

Ada juga, yang menyuruh kita untuk kontrol lagi ketempatnya ketika obatnya habis. dari pengalaman beberapa rekan saya yang disuruh kembali kontrol lagi ke tempat dokter yang memeriksanya, mereka akan mendapatkan rujukan kerumah sakit/dokter itu akan merasa diluar kemampuan maupun fasilitasnya ketika kondisi sudah parah.

"Sakitnya tuh disini......... (sambil menunjuk kening)"
Lagi booming Cita Citata

Tadi malam, tepatnya tanggal 28 Oktober 2014 saya berkunjung menengok keadaan Ibu saya di kediaman beliau. Ibu saya sedang menderita tumor dan beberapa penyakit komplikasi lainnya, tentu harus mendapatkan rujukan atau perawatan intensif. Namun saya beserta kakak sedang mengurus kartu BPJS agar perawatan dan pengobatan dapat dicicil, kami menyadari bahwa penyakit kanker tidaklah murah pengobatan serta terapinya. Selain itu penyakit penyempitan syaraf, batu empedu, jantung, vertigo dan tekanan darah rendah yang diderita Ibu saya juga butuh penanganan yang tidak murah.

BPJS sudah ada dan sebelum mendapat perawatan di rumah sakit, Ibu saya wajib memeriksakan diri ke dokter yang berada disekitar tempat tinggalnya dan meminta rujukan ke rumah sakit. Kebetulan dokter yang didatangi adalah dokter yang memiliki jabatan tinggi di sebuah instansi pemerintahan. Namun seperti yang saya ceritakan diatas, bukannya mendapatkan pelayanan yang sesuai prosedur serta rujukan malah dokter tersebut menyarankan merk-merk obat yang dipajang di tempat prakteknya (layaknya seorang SALES). Ketika Ibu saya berkata bahwa sudah tidak kuat menahan sakitnya dan ingin dirujuk ke rumah sakit, mau tahu jawaban dokter tersebut?????

" Nanti dulu Bu, nunggu hingga panas tinggi dan harus kontrol kesini lagi...nanti saya tentukan kapan harus dirujuk" Kata Dokter tersebut.

WAUUUWWWW........ketika saya dengar cerita tersebut, otomatis yang keluar dari hati saya "Ma Vaffanculo.....The doctor is a d*mn sales!!!!" Mohon maaf ya, hujatan wajib hukumnya dan manusiawi ketika manusia tidak dimanusiakan......

Apalah dikata, nasi sudah menjadi lontong......itu sudah lumrah dalam dunia sales kesehatan.

Hal diatas hanyalah sekedar curhatan dari pengalaman saya serta sebagai pembelajaran para calon pasien, agar tidak ragu untuk bertanya dan meminta dokter menjadi pendengar yang baik. Kita bayar mahal untuk pemeriksaan hanya tersentuh stetoskop dan tensimeter???? Jangan mau, kita bisa kok beli stetoskop dan tensimeter untuk dipergunakan dirumah.
So, mari ikut serta dalam pengembangan kesehatan Indonesia....

Sudah 5 tahun ini saya mengurus keluarga keluar masuk rumah sakit dengan penyakit darah tinggi, stroke, batu ginjal, batu empedu, serta operasi amputasi. Cukup melelahkan dan harus browsing sana-sini agar tidak terjerumus.

untuk cerita selanjutnya, akan saya posting di kemudian hari.....Jika sempat dan lagi ES MOU SIH (dibaca : Mangkel).




Sebelumnya, saya meminta maaf kepada para dokter yang merasa telah menjalankan kewajiban profesinya sesuai prosedur. Karena tidak semua dokter seperti yang saya ceritakan di atas.
Untungnya, saya diatas sudah menuliskan kata "mayoritas".....jadi, ini bukan mematikan pasaran seorang dokter.

Antara Dokter dan Sales Obat - Pengalaman - Kesehatan - Curahan Hati

0 komentar: